Pernahkah Anda merasa sangat marah sehingga ingin memberi tahu atasan Anda apa pendapat Anda tentang mereka dan perusahaan tempat Anda bekerja? Pernahkah Anda merasakan dorongan untuk mengekspos perusahaan karena Anda merasa telah dianiaya di lingkungan yang beracun dan tidak tertahankan? Anda mungkin mengalami apa yang disebut dengan “berhenti keras”.
Meskipun Anda mungkin pernah mendengar tentang “Berhenti Secara Diam-diam”, di mana karyawan melakukan hal minimal tanpa mengundurkan diri secara resmi, namun berhenti dengan keras adalah kebalikannya. Para karyawan ini sangat vokal mengenai ketidakpuasan mereka, dan sering kali memilih untuk merusak reputasi perusahaan dalam prosesnya. Namun hal ini tidak selalu merupakan kesalahan perusahaan.
Kadang-kadang, karyawan yang merasa tidak puas—yang mungkin tidak kompeten atau mempunyai agenda pribadi—marah karena tidak diberi kenaikan gaji atau tidak mendapat promosi. Dalam beberapa kasus, para karyawan ini mungkin melakukan tindakan yang menjelek-jelekkan manajemen, menyabotase pekerjaan, atau meninggalkan ulasan online yang negatif untuk membalas perusahaan.
Alasan Berhenti dengan Keras
- Lingkungan Kerja yang Beracun
Dalam lingkungan yang ditandai dengan pelecehan, intimidasi, atau budaya ketakutan dan permusuhan, karyawan mungkin merasa terdorong hingga batas kemampuannya. Ketika manajemen mengabaikan isu-isu ini, individu mungkin memilih untuk berhenti dengan keras untuk mengungkapkan rasa frustrasinya dan mengungkap budaya beracun perusahaan. - Kurangnya Kemajuan Karir
Karyawan yang merasa terjebak dalam peran yang buntu tanpa peluang untuk maju atau mengembangkan keterampilan mungkin akan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja. Mereka mungkin menggunakan kepergian mereka untuk menarik perhatian terhadap kurangnya peluang pertumbuhan, dengan harapan dapat memaksa perubahan dalam organisasi. - Terlalu banyak bekerja
Beban kerja yang berlebihan, ditambah dengan stres yang tinggi dan dukungan yang minim, sering kali menyebabkan kelelahan. Ketika karyawan merasa kesejahteraan fisik dan mental mereka terganggu, mereka mungkin akan berhenti bekerja sebagai bentuk penyelamatan diri, yang menandakan bahwa tuntutan yang berlebihan tidak dapat dipertahankan.
Dampak Negatif terhadap Organisasi
- Kerusakan Reputasi
Ketika seorang karyawan berhenti dengan keras, tindakannya dapat meninggalkan kesan negatif yang bertahan lama. Menyaksikan seseorang keluar dari kantor, melampiaskan rasa frustrasinya, dapat membuat karyawan lain bertanya-tanya apakah mereka bekerja di lingkungan yang beracun. Sekalipun perusahaan meremehkan kejadian tersebut, ulasan buruk di situs rekrutmen atau informasi negatif dari mulut ke mulut dapat merusak reputasi perusahaan. - Semangat Rendah
Berhenti secara tiba-tiba juga dapat merusak semangat kerja karyawan. Menyaksikan seseorang keluar dari organisasi dengan suara keras dapat menyebarkan rasa keresahan dan ketidakpuasan. Karyawan mungkin mulai mencari pekerjaan baru, dan rumor yang beredar dapat menimbulkan efek demotivasi di seluruh angkatan kerja. - Masalah SDM dan Hukum
Pengunduran diri secara tiba-tiba juga dapat memicu permasalahan serius di bidang SDM dan hukum. Karyawan yang secara terbuka mengkritik perusahaannya mungkin melanggar perjanjian kerahasiaan atau undang-undang pencemaran nama baik, sehingga berpotensi menimbulkan tindakan hukum. Selain itu, perusahaan harus mengelola proses keluar secara hati-hati untuk menghindari kerugian lebih lanjut, memastikan semua formalitas, termasuk dokumentasi dan kompensasi, ditangani dengan benar untuk mencegah tuntutan hukum. Departemen SDM mungkin juga perlu melakukan pengendalian kerusakan dengan mengelola dampak kepergian karyawan, mengatasi masalah moral, dan menangani keluhan apa pun yang timbul dari staf yang tersisa.
Kesimpulan
Berhenti dengan keras adalah respons yang mengganggu dan bermuatan emosional terhadap ketidakpuasan di tempat kerja. Meskipun hal ini bisa menjadi pernyataan yang ampuh untuk melawan lingkungan yang beracun, kurangnya kemajuan karir, atau beban kerja yang membebani, hal ini juga membawa risiko yang signifikan bagi karyawan dan pemberi kerja.
Bagi karyawan, hal ini dapat merusak prospek pekerjaan di masa depan, sedangkan bagi organisasi, hal ini dapat menyebabkan kerusakan reputasi, masalah moral, dan potensi komplikasi hukum. Mengatasi masalah mendasar sebelum menjadi lebih parah adalah hal yang penting. Komunikasi yang terbuka, perlakuan yang adil, dan manajemen yang proaktif dapat membantu mencegah situasi di mana karyawan merasa perlu untuk berhenti dengan keras, mencari lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.