
Ketika mengevaluasi kandidat yang tidak konvensional untuk peran kepemimpinan, orang dapat berargumentasi bahwa tidak ada orang yang lebih tidak konvensional selain Jigsaw dari masa lalu. Gergaji waralaba. Dikenal karena “permainan” rumitnya yang menguji moral para korbannya, Jigsaw, atau John Kramer, adalah sosok yang memecah belah. Tapi bagaimana jika dalang sinting ini diserahkan kendali sebuah perusahaan? Bisakah dia menukar jebakan dengan spreadsheet dan ruang penyiksaan dengan ruang rapat? Mari kita uraikan.
Keterampilan Komunikasi: Seni Pesan Kriptik
Jigsaw adalah komunikator ulung—jika Anda menyukai rekaman video yang tidak menyenangkan dan juru bicara boneka yang menyeramkan. Kemampuannya menyampaikan instruksi yang rumit (walaupun menakutkan) tidak ada bandingannya. Namun, kegemarannya terhadap teka-teki dan pesan samar mungkin membuat frustrasi tenaga kerja yang hanya menginginkan arahan langsung. Bayangkan sebuah pertemuan tim di mana sasaran triwulanan Anda disajikan sebagai ruang pelarian yang mematikan.
Dakwaan: 5/10 – Efektif, tapi melelahkan.
Pikiran Bisnis: Strategis atau Sadis?
Jigsaw memang sangat strategis. Dia dengan cermat merencanakan setiap detail “permainannya”, sehingga hanya menyisakan sedikit peluang. Tingkat pandangan ke depan dan persiapan seperti ini akan menjadi aset dalam bisnis. Namun, obsesinya terhadap “mengajarkan pelajaran” mungkin menggagalkan fokusnya dari tujuan perusahaan yang sebenarnya. CEO seharusnya memaksimalkan keuntungan, bukan memberikan pelajaran empati kepada CFO dengan mengunci mereka dalam perangkap beruang terbalik.
Dakwaan: 4/10 – Keterampilan perencanaan yang hebat, prioritas yang dipertanyakan.
Bagus Manusia Ide: Kreativitas Berlimpah
Jika ada satu bidang di mana Jigsaw unggul, itu adalah kreativitas. Pria itu bisa mengubah penjepit kertas dan karet gelang menjadi skenario hidup atau mati. Kemampuannya dalam berpikir out-of-the-box dapat menghasilkan solusi inovatif dalam desain produk atau peningkatan proses. Tapi berapa biayanya? Karyawan mungkin terlalu takut untuk memberikan masukan mengenai idenya.
Dakwaan: 8/10 – Jenius yang kreatif, tetapi mengorbankan moral.
Terpercaya? Dilema Utama
Kepercayaan adalah landasan kepemimpinan, dan di sinilah Jigsaw terputus-putus. Seluruh modus operandinya melibatkan pengkhianatan, manipulasi, dan ujian yang mengubah hidup. Meskipun niatnya berakar pada memaksa orang untuk menghargai kehidupan, metodenya akan menghancurkan kepercayaan dalam sebuah tim. CEO yang dapat dipercaya membangun orang; Jigsaw, secara harafiah, menghancurkan mereka.
Dakwaan: 1/10 – Kepercayaan dan Jigsaw tidak termasuk dalam kalimat yang sama.
Ketertarikan pada Dirinya atau Karyawannya?
Jigsaw mengklaim dia membantu korbannya mempelajari nilai kehidupan, namun sering kali hal itu lebih terasa seperti filosofi mementingkan diri sendiri. Sebagai seorang CEO, obsesi terhadap “mengajar” ini dapat mengasingkan karyawan yang hanya ingin melakukan pekerjaannya tanpa mengkhawatirkan nyawanya. Di sisi lain, keterlibatan pribadinya dalam setiap permainan menunjukkan dedikasi—suatu sifat yang patut dikagumi dalam diri seorang pemimpin.
Dakwaan: 4/10 – Berdedikasi, tetapi untuk semua alasan yang salah.
Kekerasan atau Pelecehan: Bendera Merah Dimana-mana
Yang ini tidak perlu dipikirkan lagi. Peran CEO adalah menciptakan lingkungan yang aman dan produktif, bukan meneror tenaga kerjanya. Sejarah penyiksaan fisik dan psikologis Jigsaw akan membuat tiran kantor yang paling buruk pun terlihat seperti orang suci. HR akan berhenti pada hari pertama. Jika mereka bisa melarikan diri tentunya.
Dakwaan: 0/10 – Benar-benar tidak bisa diterima.
Bisakah Dia Melakukannya?
Di atas kertas, Jigsaw memiliki beberapa keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin perusahaan: pemikiran strategis, kreativitas, dan komitmen terhadap visinya. Namun, metodenya sangat ekstrem sehingga menutupi potensi manfaatnya. Bisakah dia berhasil menjalankan bisnis tanpa menakuti karyawannya atau membuat perusahaannya terkena masalah hukum? Sangat tidak mungkin.
Peringkat Akhir: 2.2/10 – CEO Mimpi Buruk
Perencanaan dan kreativitas Jigsaw yang cermat memberinya sedikit keunggulan, namun kurangnya kepercayaan, kecenderungan untuk melakukan kekerasan, dan ketidakmampuan untuk memprioritaskan kesejahteraan karyawan membuatnya sepenuhnya tidak cocok untuk peran kepemimpinan.