
Willy Wonka—seorang jenius coklat, inovator unik, dan… calon CEO? Meskipun dia tidak diragukan lagi tahu cara menjalankan pabrik yang luar biasa (lengkap dengan sungai coklat), metodenya yang tidak konvensional membuat beberapa orang terkejut.
Jadi, bisakah Wonka meretasnya sebagai CEO zaman modern? Mari selami ciri-ciri utamanya dan lihat bagaimana dia mengukurnya. Apakah Anda akan memercayai dia untuk memimpin perusahaan Anda? Mari kita cari tahu!
1. Pengalaman: Dari Ahli Cokelat hingga Pemimpin Perusahaan?
Kalau soal pengalaman, Willy Wonka sudah menguasai keahliannya. Keahliannya dalam membuat coklat tidak dapat disangkal, dan dalam beberapa hal, dia sudah menjadi CEO—hanya sedikit eksentrik. Wonka telah membangun pabrik bertenaga Oompa-Loompa, menemukan permen revolusioner, dan mungkin menghindari pengawasan FDA (diduga).
Namun, pengalamannya mengelola manusia sebenarnya sangat dipertanyakan. Menyerahkan seluruh kerajaannya kepada anak sembarangan? Bukan ciri perencanaan suksesi yang kuat.
Mengutip: “Kejutan kecil terjadi di setiap sudut, tapi tidak ada yang berbahaya!”—Pernyataan yang merangkum gaya manajemen laissez-faire-nya.
Skor: 8/10
2. Komunikasi: Manis atau Asam?
Keterampilan komunikasi Wonka paling banter tidak konsisten. Meskipun Oompa Loompa tampaknya memahami visinya dengan sempurna, semua orang sering kali hanya menggaruk-garuk kepala. Suatu saat, dia menjadi puitis tentang permen; berikutnya, dia berbicara dengan penuh teka-teki. Komunikasi yang jelas dan langsung? Bukan keahliannya yang kuat.
Mengutip: “Kami adalah pembuat musik, dan kami adalah pemimpi mimpi.” Menginspirasi? Tentu. Praktis? Tidak tepat.
Skor: 4/10
3. Membangun Tim: Tenaga Kerja Wonka
Wonka telah berhasil membentuk tim Oompa Loompa yang setia dan pekerja keras. Namun, jujur saja—pendekatannya terhadap SDM jauh dari standar. Keluarga Oompa Loompa tampaknya cukup bahagia, namun jam kerja mereka yang tidak ada habisnya dan kurangnya keberagaman di tempat kerja akan menimbulkan kekhawatiran besar di dunia usaha. Hak dan moral karyawan? Anggap saja itu bukan prioritasnya.
Mengutip: “Para Oompa Loompa semuanya setuju.” Tampaknya perbedaan pendapat tidak dianjurkan.
Skor: 4/10
4. Visi Perusahaan: Apakah Cokelat Cukup?
Dalam hal visi, Wonka mendapat nilai besar. Pabriknya adalah dunia imajinasi murni, dan inovasinya (Everating Gobstoppers, wallpaper yang dapat dijilat) menunjukkan bahwa dia selalu berpikir di luar kotak—atau bungkus. Meski begitu, fokusnya terbatas pada coklat, yang bisa menjadi faktor pembatas dalam diversifikasi pasar saat ini.
Mengutip: “Semua yang ada di ruangan ini bisa dimakan. Bahkan aku pun bisa dimakan!” Pernyataan visioner… dengan nada yang sedikit menyeramkan.
Skor: 9/10
5. Keterampilan Kepemimpinan: Memerintah atau Chaotic?
Gaya kepemimpinan Wonka lebih bersifat kacau dibandingkan memerintah. Meskipun ia tentu menginspirasi loyalitas di antara tenaga kerja Oompa Loompa, perilakunya yang tidak terduga dan instruksinya yang samar mungkin membuat karyawan lain bingung. Menggunakan pengalaman mendekati kematian untuk mengajarkan pelajaran hidup kepada anak-anak? Bukan taktik yang disetujui HR.
Mengutip: “Ketegangannya sangat buruk… Saya harap ini akan bertahan lama.” Ketegangan mungkin berhasil dalam tur cokelat, tetapi kepemimpinan menuntut kejelasan, bukan misteri.
Skor: 6/10
6. Keterampilan Empati: Titik Manis atau Pil Pahit?
Empati adalah kekurangan Wonka. Melihat anak-anak menghadapi situasi berbahaya tanpa ikut campur? Itu adalah tanda bahaya yang serius. Tentu saja, kita tahu anak-anak pada akhirnya akan selamat (kurang lebih), namun CEO modern perlu memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan—sesuatu yang tampaknya tidak terlalu dikhawatirkan oleh Wonka.
Mengutip: “Berhenti. Jangan. Kembalilah.” Itu idenya untuk menunjukkan kepedulian.
Skor: 2/10
7. Manajemen Krisis: Bisakah Dia Mengatasi Tekanan?
Yang patut disyukuri adalah Wonka, dia tetap tenang saat menghadapi kekacauan. Entah itu seorang anak yang menyumbat sungai coklatnya atau orang lain yang menggembung seperti blueberry raksasa, dia tetap tenang. Namun, fakta bahwa pabriknya menyebabkan krisis-krisis ini tidak terlalu meyakinkan. Inspektur kesehatan dan keselamatan akan langsung menutupnya.
Mengutip: “Oh, baiklah. Sepertinya itu semua adalah bagian dari pertunjukan.” Bukan jaminan yang diinginkan para pemangku kepentingan pada saat krisis.
Skor: 4/10
8. Pengambil Resiko: Inovasi atau Kecerobohan?
Wonka tumbuh subur dalam pengambilan risiko. Dari Minuman Pengangkat Bersoda hingga Gobstoppers Abadi, dia terus-menerus mendorong batasan dengan ide-ide inovatifnya. Namun ada garis tipis antara inovasi yang berani dan kecerobohan. Di dunia nyata, kejenakaannya bisa berujung pada tuntutan hukum—atau lebih buruk lagi.
Mengutip: “Anda tidak boleh, jangan pernah meragukan apa yang tidak diyakini oleh siapa pun.” Menginspirasi bagi seorang penemu? Tentu. Untuk seorang CEO? Tidak terlalu banyak.
Skor: 7/10
9. Kepercayaan: Bisakah Dia Menginspirasi Keyakinan?
Kepercayaan adalah area lain yang menjadi tantangan Wonka. Menyerahkan seluruh bisnisnya kepada seorang anak secara acak memang mengharukan secara teori, namun dalam praktiknya merupakan strategi bisnis yang buruk. Para pemangku kepentingan dan pemegang saham kemungkinan besar akan merasa ngeri karena kurangnya pandangan ke depan.
Mengutip: “Charlie, jangan lupakan apa yang terjadi pada pria yang tiba-tiba mendapatkan semua yang dia inginkan… Dia hidup bahagia selamanya.” Sentimen yang menyentuh, tapi tidak membangkitkan rasa percaya diri.
Skor: 5/10
10. Umur Panjang: Bisakah Dia Bertahan dalam Perannya?
Keeksentrikan Wonka membuatnya menjadi seorang visioner, namun bisa juga menjadi kejatuhannya. Kurangnya kemampuan beradaptasi, ditambah dengan praktik SDM yang dipertanyakan dan kesenjangan komunikasi, kemungkinan besar akan menciptakan tantangan besar dalam jangka panjang.
Mengutip: “Jadi bersinarlah perbuatan baik di dunia yang lelah.” Sebuah sentimen yang manis, namun pasar modern menuntut lebih dari sekedar perbuatan baik.
Skor: 5/10